Daftar Blog Saya

  • KIOS LESTARI TANI - *KIOS LESTARI TANI* Kami merupakan usaha dagang yang bergerak dibidang perdagangan umum, antara lain produk-produk Pestisida, Pupuk, Pupuk Organik dan o...
    11 tahun yang lalu

Entri Populer

Senin, 15 Agustus 2011

TINGKAT SERANGAN HAMA BUBUK BUAH KOPI (Hypothemus hampeii) DAN PENGGEREK RANTING (Xylosandrus sp) PADA PERTANAMAN KOPI DENGAN DUA TIPE AGROFORESTRI DI

TINGKAT SERANGAN HAMA BUBUK BUAH KOPI (Hypothemus hampeii) DAN PENGGEREK RANTING (Xylosandrus sp) PADA PERTANAMAN KOPI DENGAN DUA TIPE AGROFORESTRI DI SUMBER JAYA LAMPUNG BARAT

(Usul Penelitian)

Oleh

Suharyanto


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luas pertanaman kopi di Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 1.200.000 ha yang tersebar di hampir seluruh propinsi, dengan tingkat produktivitas rata-rata 500 – 600 kg/ha/th. Kopi robusta menguasai luas areal 1.162.000 ha (92%) dan kopi arabika seluas 107.393 ha (8%). Pasar kopi dunia lebih dari 80% adalah kopi arabika dan sisanya kopi robusta. Indonesia hanya menyumbang kurang dari 1% dari kebutuhan kopi arabika dunia. Sementara itu, kopi arabika dengan cita rasa yang khas sejak dulu harga jualnya rata-rata 200% lebih tinggi daripada kopi robusta.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

C. Kerangka Pemikiran

Dalam budidaya tanaman kopi, salah satu kendala utama yang menjadi penghambat produksi baik secara kualitas maupun kuantitas adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman OPT. Hama merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) penting pada pertanaman kopi. Salah satu hama yang menyerang adalah hama buah kopi atau di kenal dengan sebutan Hama BBKo.

Hama BBKo umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras, namun pada buah yang bijinya belum mengeras pun yang telah berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Buah-buah yang bijinya masih lunak umunya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak, tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya ditinggalkan lagi. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang justru lebih berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil (Wiryadiputra, 1994).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar