Daftar Blog Saya

  • KIOS LESTARI TANI - *KIOS LESTARI TANI* Kami merupakan usaha dagang yang bergerak dibidang perdagangan umum, antara lain produk-produk Pestisida, Pupuk, Pupuk Organik dan o...
    11 tahun yang lalu

Entri Populer

Sabtu, 19 Mei 2012

SARJANA MENJADI PETANI


Artikel ini adalah kutipan dari acara Metro TV program Zero to Hero dengan episode Sahabat Para Petani.
Kita tahu bahwa petani merupakan salah satu pekerjaan di Negara kita yang berjasa menyediakan pangan bagi presiden dan semua rakyat. Namun apakah kita tahu bahwa petani jugalah yang memiliki kesejahteraan dan kemakmuran yang tergolong kecil. Adalah H. Sakaruddin yang mempunyai prestasi mengubah keadaan dengan menambah pendapatan petani sampai 7 kali lipat lebih baik dari masa lalu. Prestasi itu didapat dari pengembangan teknologi tepat guna pada pertanian dan perkebunan di pedesaan. Teknologi tepat guna ini berhasil mengolah bahan baku seperti Jagung, pisang, ketela dan lain-lain menjadi produk setengah jadi berupa keripik atau tepung.
Beliau bernama H. Sakaruddin, pemuda pelopor asal Sulawesi Tengah lulusan Universitas Taoulako – Palu. Beliau memulai perjalanan hidup menjadi pegawai sekaligus mahasiswa pada Universitas Taoulako pada tahun 1980. Ketika itu sambil kuliah dan bekerja, iya belajar mandiri di luar kampus tentang teknologi tepat guna selama 6 tahun lalu lulus sebagai Sarjana dan melanjutkan belajar mandiri tentang teknologi tepat guna tersebut sampai 1989. Selama masa belajar tersebut, ia menghabiskan sekitar 600 buku teknologi pengolahan hasil pertanian dan hasil perkebunan. Sampai pada akhirnya dia mengajar kecil-kecilan pada masyarakat untuk mengaplikasikan teknologi tepat guna pada kehidupan sehari-hari. Sehingga banyak institusi sosial yang tertarik untuk mengundang dia untuk mengajar lalu banyak undangan dari desa-desa lain untuk mengajar  tanpa dibayar apa-apa.
Semangatnya berlanjut dengan membuat pusat pelatihan kecil-kecilan beratap rumbai dan berdinding bilah bambu. Pusat pelatihan hasil jerih payah sendiri ini bertahan 19 tahun dengan kegiatan latihan bertempat  di teras dan garasi mobil di bangunan sederhana tersebut. Sampai pada akhir tahun 1990, pusat pelatihan binaan H. Sakaruddin ini mendapat bantuan dari swadaya masyarakat dan Bank Rakyat Indonesia untuk mendirikan sebuah lembaga pelatihan resmi bernama LPTTG Serenindi – Sulawesi Selatan. Pelatihan ini mengajarkan para petani untuk memberi nilai tambah pada hasil bumi menjadi aneka produk seperti tepung beras, kerupuk tortilla dan lain2. Tahun 2000 minat LSM dan pemerintah daerah semakin besar dengan mendukung terbetuknya LPTTG yang lebih baik, sehingga berdiri LPTTG Malindo – Sulawesi Selatan pada tahun 2003.
Prestasinya tercermin dari 2 cerita berikut. Cerita pertama adalah pada Kabupaten Ngada di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Seluruh 21 Kabupaten termasuk ke golongan daerah tertinggal. Namun hal itu berubah dengan Kab. Ngada yang mendengar kiprah H. Sakaruddin dan mengirim 100 orang ke LPTTG Malindo untuk belajar membuat chips jagung.  Atas jasanya Piet Jos Nuwa Wea, bupati Ngada, menyebutkan bahwa, “Jagung yang diproduksi oleh Kabupaten Ngada berjumlah 25-26 ton setahun. Dengan harga jual 1500-2000 rupiah per kg. Tetapi jagung tersebut dapat dirubah menjadi produk lebih bermutu dengan nilai tambah minimal 38.000 rupiah per 3kg atau sekitar 13000 rupiah per kg.“ Atas penyuluhan H. Sakaruddin yang sampai ke pelosok daerah Ngada, kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat petani bisa meningkat. Hal itu belum termasuk pengolahan lainnya seperti pengolahan pisang Ngada. 1 pisang Ngada berharga 10.000 rupiah, namun kalau diolah 1 pisang bisa menjadi = 50.000 rupiah. Sehingga rakyat lebih bisa menjangkau jasa kesehatan dan jasa pendidikan dengan hasil bumi daerah sendiri beliau menambahkan.
Cerita kedua adalah berawal dari Antonius Billy, seorang preman yang berubah 180 derajat menjadi petani pembuat tortilla dari jagung di Sumba Barat Daya – NTT. Antonius terinspirasi dari penyuluhan dan pelatihan yang diberikan H. Sakaruddin. Antonius berkata,“ Saya tinggalkan semua yang kurang bagus dan saya mulai bertekun membuat Tortilla ini.” Hal ini diakui pemerintah Sumba Barat Daya sangat membantu perekonomian rakyat dari hasil produksi pertanian sendiri. Jagung yang semulanya hanya bisa diproduksi sebagai jagung bahan baku sebanyak 4 kg per hari bisa dirubah menjadi barang setengah jadi berupa keripik tortilla sebanyak 6 kg per hari. Hasil yang didapat pun sangat memadai bagi per petani yang mendapatkan omset 300.000 rupiah dan untung 150.000 rupiah per hari. Antonius menambahkan,”Yang saya rasakan betul pelatihan dan teknologi dari pak Sakaruddin ini bermanfaat bagi petani!”
Harapan H. Sakaruddin adalah Pimpinan negara dan Pimpinan daerah bisa menjadikan pedesaan sebagai pusat pertemuan, sebagai pusat kegiatan dan pusat pertumbuhan ekonomi rakyat. Dengan ini bisa dicapai perubahan kemiskinan dan perubahan mindset. H. Sakaruddin berkata,”Kalau semua orang pada lari ke kota, coba bayangkan kapan pedesaan bisa maju? Maka intinya adalah revitalisasi pembangunan pedesaan yaitu cukup menggeser kebijakan dari pusat ke desa. Sehingga desa bisa dicintai semua masyarakat.” Beliau juga berpendapat bahwa pelatihan selama ini sudah ada tapi tidak komprehensif, tidak sistematik dan tidak tuntas. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan H. Sakaruddin mewajibkan ketika rakyat di latih, ada semacam penandatanganan perjanjian kontrak sosial antara H. Sakaruddin (pemberi pelatihan) dengan bupati (yang meminta pelatihan) agar Pimpinan daerah memberikan jaminan pemberian modal, pemberian alat kerja, pemberian izin usaha, bantuan fasilitasi pemasaran kepada para petani. Sampai pada saat ini ada tidak kurang 60 Bupati yang datang untuk menandatangani kontrak sosial Malindo.
Saat ini H. Sakaruddin dengan Lembaga Pelatihan Teknologi Tepat Guna Malindo terus berupaya meningkatkan kesejahteraan petani. Selama 23 tahun usahanya, beliau telah melatih sekitar 2000 petani dari 164 kota dan kabupaten di kawasan Timur Indonesia.
Juga tersedia link untuk menonton video tentang H. Sakaruddin pada link dibawah :
http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2010/03/01/4835/230/Sahabat-Para-Petani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar